Persahabatan yang timbul dari masa anak-anak hingga dewasa, yang
terjalin antara Dara, Ricky, dan Nida, semakin hari semakin terasa hangat.
Kebersamaan selalu mengiringi langkah mereka.
“Ra. Jalan yuk…..” Ajak Ricky, yang dengan tiba-tiba nongol dari
belakangnya.
“Mau jalan kemanasih….????”
“Ya seperti biasa. Kemana aja, yang penting bisa bikin kita happy.”
“Emang lu ga ada kuliah lagi…???”
“Ada
sih…!!!!! Tapi entar sore. Gampang lah kalo soal kuliah..” Jawab Ricky enteng,
“Gimana nih Ra, mau ga lu??”
“Ayo. Asal pergi ma lu, isi dompet gue ga bakal keluar kan…!!!!”
“Soal itu, bereeeeeeesssss…. Ngomong-ngomong, Nida mana
nih???” Tanya Ricky kebingungan, dengan mata yang terus melirik ke seantreo
sudut kampus, mencari sosok Nida di sela-selanya.
“Ada. Biasalah, paling juga lagi merenungi nasibnya di pojok
taman belakang.”
“Sotoy lu Ra….”
“Apaan tu………?????”
“S-O-K T-A-Ulu…”
“Ye…. Emang bener kok.”
Tak lama kemudian, Ricky dan Dara menemukan Nida, duduk
sendirian dengan ditemani buku dan pen birunya. Dengan iringan senyum, ia
menggoreskan pena, mencoba menguraikan kata-kata yang mewakilkan
perasaan-perasaannya.
Itulah satu hal yang selalu dilakukannya. Buku biru itu tak
pernah lepas dari jari-jari lentiknya. Menemaninya setiap saat. Siapapun tak
boleh membukannya, termasuk Ricky dan Dara. Meskipun keduannya adalah
sahabat-sahabat terdekatnya.
“Da… !!!!!” Hentak Ricky dari sampingnya.
“Eh.., gila lu berdua.Kaget tau…….”
“Duh.. Jangan sewot donk, sory deh…habis lu serius banget
sih ma tu buku, ampe ga tau kalo kita dateng.”
“BiasaKy…. Yang lagi obsesi jadi penulis
terkenal.” Sela Dara.
“Penulis apaan nih?????”. Tanya Ricky nyindir.
“Penulis di majalah anak-anak, BOBO….”
“Udah,,,, puas kalian. Sebel tau, denger ocehan kalian yang
ga penting.” Ujar Nida sewot.
“Iya deh…. Maafin kita ya sayank…. Oya, jadi lupa. Mau ikut
jalan-jalan ga???”
“Kemana Ra???”
“Kemana aja, seperti biasa.”
“Boleh, yuk…”
* * *
“Da… ” Dengan nafas yang tersenggal-senggal, Ricky
menghampiri Nida yang duduk sendirian di teras rumahnya.
“Aduh, Ricky.. sahabatku yang paling cuakep. Nyantai aja
kale.. gue juga ga bakalan kabur kok. Lagian lu kenapa sih, kok buru-buru
banget kayak gini???”
“Gue……… gue……” Ucapnya tersendat-sendat.
“Aduh. Bentar ya, gue ambilin minum dulu.”
Nida pun membawakan segelas air putih untuknya. “Kalo lu
udah siap ngomong, dan udah tenang,baru
boleh ngomong.”
Setelah narik nafas panjang, Ricky mulai bicara. “Da.
Sebelumnya, gue minta maaf banget ma lu. Gue udah nyera Da. Gue uda ga bisa
lagi mendem perasaan ini. Semakin gue ingin menepisnya, perasaan ini makin
tumbuh dan berkembang.”
“Ky. Akhirnya perasaan yang selama ini guependem, terbalas oleh pengakuan lu sendiri.
Uda lama banget gue nunggu momen ini. Rasanya seperti mimpi. Terima kasih
Tuhan……… ” Gumam Nida.
“Maksud lu apasih…..
gue ga ngerti.” Ucap Nida dengan wajah ceria.
“Sekali lagi, maaf kalo pengakuan gue entar dapat menodai
persahabatan kita. Tapi gue harus katakan ini. Dan gue percaya, hanya lu yang
bisa bantu gue…”
“gue….”
“Iya, Da. Hanya lu yang bisa bantu gue. Lu adalah sahabat
yang paling ngerti gue. Kasih gue masukan, agar gue ga terombang-ambing
perasaan kayak gini.Da, gue lagijatuh cinta. Beberapa kali gue uda mencoba
untuk menepisnya, tapi ini malah bikin parah. Keadaan yang telah buat gue jadi
seperti ini. Setiap hari dia selalu di samping gue. Dia, orangnya baik, cantik,
perhatian dan apa adanya. Pokoknya Da, sulit banget gue jelasin ini semua.”
“Ky. Gue boleh tau ga, siapa cewek tu????”. Dengan jantung
yang berdebar-debar tak karuan dan sorot mata yang menerawang, Nida menanti
jawaban Ricky. Berharharap namanyalah yang akan keluar dari bibirnya.
“Lu tau kok siapa dia. Dia deket sekali ama kita.” Ricky pun
terdiam sejenak, “Dia………… adalah……. Dara.”
Hati pun terasa hancur sudah, hancur berkeping-keping.
Seakan bibir terasa keluh untuk berucap, menahan air mata yang bersembunyi di
kelopak matanya. Menyembunyikan kekecewaan yang sangat dalam. Dan itu tterlihat
jelas dari paraswajahnya yang berubah
menjadi pucat pasih. Terasa sulit sekali menerima kenyataan yang telah nyata di
depan mata.
“Da. Lu ga papa kan……”
Dengan mengibaskan tangannya di depan wajah Nida,suara Ricky pun membuyarkan lamunannya.
“Ga papa.”
“Lu baik-baik aja kan.
Tapi, Ya Ampun, lu sampe nangis Da.”
“Gue baik-baik aja kok. Ya iyalah gue sampe nangis. Kurang
peka banget sih lu. Ini berarti, gue juga ikut seneng kalo lihat lu yang lagi
seneng. Lihat aja muka lu, yang saking senengnya, lu itu seperti anak kecil
yang baru nerima mainan baru tau….”
“Bisa aja sih lu Da. Makasih ya, lu udah jadi orang pertama
yang dengerin isi hati gue.”
“Orang pertama. Jadi, Dara belom tau???”
“Ya belom lah. Makanya gue minta bantuan lu. Tapi, kenapa ya
Da, akhir-akhir ini Dara seperti jaga jarak ama kita. Sulit banget untuk
ditemui. Gue ngerasa, kalo dia tu menghindar dari kita.”
“Ga mungkin lah Dara kayak gitu. Kita kan udah kenal Dara sejak kecil. Mungkin aja
kan, dia lagi ada keperluan yang sangat penting. Dan kita juga tau kalo Dara
itu sangat dan sangat menomorsatukan keluarganya, lebih dari apapun.”
“Bener juga sih. Makasih ya…….. lu emang sahabat gue yang
paling TOP BGT.”
“Dari dulu kaleeeee…..”. Tawa pu menyelimuti kemesraan pada
persahabatan ini. Meski terasa begitu berat, namun Nida mencoba untuk bersikap
biasa saja.
* * *
Dari jauh, Nida memperhatikan Ricky. Dengan kebingungan
sahabatnya itu mendekatinya.
“Lu kenapa lagi sih Ky.
Kemaren, lu dateng ke gue dengan wajah yang berbinar-binar, tapi sekarang lu
dateng ke gue dengan wajah kusut banget.”
“Da, gue lagi bingung banget. Gue yakin kalo Dara emang
sengaja menghindari kita. Gue udah berkali-kali telfon ke hp-nya, tapi gak
pernah diangkat. Gue kerumahnya, tapi bokap nyokapnya bilang kalo dia gak ada
di rumah.”
“Untung kalian ada disini. Nih, ada titipan surat buat kalian.” Sela Toni, teman sekelas
Nida, yang tiba-tiba datang dan memberikan sepucuk surat yang bersampul putih.
“Dari siapa Ton????” Tanya Ricky.
“Dari Dara.”
Secepat mungkin Ricky menarik surat itu. Dengan wajah yang penuh dengan
ketidaksabaran , dia membuka dan membacanya.
Untuk Ricky dan Nida, sahabat-sahabatku
tercinta
Terima kasih,
kalian telah menjadi sahabat-sahabat gue yang selalu ada buat gue.
Terima kasih,
karena kalian telah membuat hari-hari gue indah.
Maaf, atas
semua kesalahan gue.
Maaf, jika
sikap gue akhir-akhir ini membuat kalian susah.
Kalian tahu kan, kelemahan gue
adalah orang tua gue. Jika mereka seneng, gue ikut seneng, dan sebaliknya. Oleh
karena itu, gue ngabulin permintaan mereka supaya gue mau dijodohin sama anak
dari sahabat bokap gue. Dan gue bakal pindak kuliah. Kita masih sahabatan kok.
Selamanya akan masih terikat oleh yang namanya persahabatan. Tapi maaf, jika
gue ga bisa memberikan kesetiaan gue sepenuhnya untuk ikatan ini.
Ky. Gue tahu kok, kalo lu lagi jatuh
cinta,terus berjuang demi cinta lu ya…
Dan lu Da.
Terus berjuang ya…. Jangan pantang menyerah loo.. jangan hiraukan ocehan gue ma
Ricky yang ga penting. Gue tunggu karya lu yaaa….
I L U
Dara
Dengan hati terenyuh, Nida harus
membiarkan ini semua terjadi. Melihat dan menatap langsung orang yang paling
dicintainya meneteskan air mata. Dengan segenap kemampuannya, Nida bangkit dari
tempat duduknya, mendekati Ricky dan mencoba meringankan kegundahan hatinya.
“Ky. Gue tahu gimana perasaan lu. Gue
juga tahu gimana rasanya melihat ornag yang kita saying, tternyata lebih
memilih orang lain. Tapi ini bukanlah akhir dari segalanya. Ricky yang gue
kenal, orangnya kuat. Ga lemah kaya’ gini. Ky, perlu lu tau, cinta ga bisa
dipaksa, dan cinta ga harus memiliki. Kalo kita udah melihat orang yang kita
saying bahagia mesti dengan orang lain, itu sudah lebih dari cukup untuk
membuktikan rasa sayang kita pada dia.”
Dengan air mata yang sedari tadi
menemaninya, Nida mengurai kata. Namun ia sudah tak sanggup lagi untuk menahan
gemuruh hatinya. Untungnya, Ricky hanya pengen sendiri, dan menyuruh Nida untuk
meninggalkannya.
* * *
“Ky. Nida mana?Tumben dia ga masuk kuliah beberapa hari
ini.” Seloroh Toni, ketika dengan tidak sengaja bertemu Ricky di gerbang
kampus.
“Nida ga masuk kuliah?? !!!” Jawab Ricky
kaget.
“gimana sih lu… lu kan sahabat deketnya.” Tanggap Toni sewot
sambil berlalu pergi.
Niat pulang pun diurungkan Ricky, dan
ia memutuskan untuk kembali ke kampus. Terasa begitu sulit menerima kenyataan
kalau sosok Nida, meninggalkan kuliah beberapa hari tanpa keterangan yang
jelas. Ia pun terus melangkahkan kakinya menuju ke taman belakang kampus. Suatu
hal yang tak pernah luput Nida lakkukan. Tiap gadis cantik itu butuh
ketenangan, ia duduk disana ditemani buku birunya. Dan dengan tak sengaja, Ricky
menemukan buku itu tergeletak di bawah kursi panjang.
Ia pun membuka buku itu. Matanya
melotot sejenak. Tak pernah ia sangkah dan duga sebelumnya, Nida telah menulis
beberapa tulisan tentangnya.
Buat
nama yang tak pernah hilang
Ricky
Gue
sayank banget ma loe…..
Tuhan……..
Aku
hanyalah manusia lemah tak berdaya. Tersudut oleh ketidakberdayaan yang terus
setia memenjarakanku. Dan aku tak kan
bisa berbuat apa-apa, kecuali atas izin-Mu.
Tuhan………
Terima
kasih, Engkau telah semaikan benih cinta yang begitu indah ku rasa. Tumbuh di
gersangnya kerinduanku atas dasar cinta. Aku begitu mengagumi sosoknya, yang
dapat memberikan kesejukan saat ku mulai rapuh, yang dapat meneteskan embun
kedamaian saat ku mulai putus asa.
Buat
nama yang tak pernah hilang
Ky. Dalam diam aku mencintaimu. Dan sampai
kapanpun perasaan ini tak kan
muncul atau terdengar olehmu. Aku cukup tahu siapa aku. Aku hanyalah ilalang
yang tumbuh di padang
gersang. Mengharapkan air yang tak kan pernah datang.
Aku
turut bahagia jika melihatmu bahagia. Aku percaya, cinta gak bisa dipaksa. Ia
akan tumbuh dengan sendirinya. Semoga kau bahagia dengan cintamu. Cinta yang
begitu kau harapkan bersemi dan berkembang indah di kalbumu.
Jangan
pernah tanyakan jika namamu akan selalu tergores di hatiku.
Tanpa pikir panjang. Ricky melajukan
mobilnya ke rumah Nida. Sayang, ia tak menemukannya disana. Ia pun mulai
menggurutu. Menyesali nasib yang membuatnya dilema akan ketidakberdayaannya
karena cinta. Mengapa ia begitu gampang kehilangan sahabat dan cinta. Penyesalan
pun mulai mengiringi langkahnya. Dan alangkah senangnya, saat setetes kesejukan
mulai ia dapatkan. Ia melihat pembokatnya Nida keluar rumah. Dan ia pun
menanyakan keberadaan Nida sekarang. Namun, tubuhnya terasa lemas saat
mendengar pengakuan wanita paruh baya itu.
“Anu Den…… Non Nida lagi sakit. Sekarang
lagi di rawat di Rumah Sakit.”
Dengan hati yang bagai di sayat
sembilu, ia menuju Rumah Sakit sesuai dengan alamat yang wanita itu berikan.
Hati Ricky terasa hancur, saat
melihat Nida terbaring lemah tak berdaya. Dengan senyum manisnya, ia menyambut
kedatangan Ricky. Meski terasa begitu memaksa, ia mulai bicara, “Gimana keadaan
lu? Lu ga nekat bunuh diri kan….
Karena patah hati.” Ucapnya parau.
“Gue baik-baik aja kok. Lu kenapa Da?
Ga perna cerita soal ini. Maaf Da, gue emang bodoh. Mementingkan kepentingan
sendiri, tanpa tau dan ga pernah tau kalo lu lagi sakit.” Balas Ricky lirih.
Dengan menundukkan kepalanya dalam-dalam ia menunjukkan penyesalannya.
“Gue baik-baik aja Ky.” Jawab Nida
enteng.
“Ini apa Da? Dan, gue udah tau semua
tentang perasaan lu dari buku ini.” Tanpa pikir panjang dan mata berkaca-kaca
yang diselimuti kecemasan, Ricky menunjukkan buku Nida.
“Lu dapet itu dari mana??” Tanya Nida
kebingungan.
“Itu ga penting. Kenapa lu ga pernah
cerita itu ma gue?”
“Ky. Satu hal yang mesti lu tau,
cinta itu ga bisa dipaksa. Dan gue juga tau, begitu dalam perasaan lu ma Dara.
Lu sayang banget ma dia kan… Gue ga ingin ngerusak rasa indah yang telah tumbuh
di hati lu itu Ky. Dan gue percaya akan takdir dan cinta. Kalo ternyata
pertemuan kita kali ini yang terakhir, dan akhirnya cintaku telah hilang karena
waktu, itulah takdir. Dan jika gue masih diberi kesempatan untuk sembuh,
walaupun cinta yang kedatangannya tak pernah terbersit dalam benak gue
sebelumnya ini, Cuma berani sembunyi di relung hati dan tak kan pernah
terbalas, gue akan terima semuanya dengan ikhlas.” Aku Nida.
Dengan tenang ia meluangkan segenap
perasaannya. Ricky hanya bisa terdiam. Menyaksikan keteguhan hati sang gadis
yang tak pernah ia sangkah sebelumnya. Begitu besar jiwanya menerima kenyataan
tanpa ada pengakuan atau penyesalan sedikitpun.
“Da. Maaf, selama ini gue cuma bisa
bikin lu kecewa. Gue akan berusaha bikin lu nyaman di dekat gue. Bukan hanya
sebagai teman ataupun pacar, tapi sebagai apa saja yang lu butuhkan.”
Kasus
korupsi di tanah air benar-benar mewabah. Selain telah merasuki infrastruktur
kenegaraan baik di tingkat pusat sampai daerah, korupsi pun telah menjangkiti
institusi-institusi sosial dan seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat. Hubungan
tinggi-rendahnya tingkat korupsi di sebuah negara dengan tingkat keberagamaan
(religiusitas) negara terkadang sulit ditentukan.
Negara yang
dikenal sangat religius seperti Indonesia, dalam beberapa survei justru meraih
rekor yang sangat tinggi dalam urusan korupsi. Sebaliknya, sejumlah negara
sekuler yang abai pada agama, justru berhasil menekan tingkat korupsi hingga
pada tingkatan yang paling minim. Padahal, jika merujuk doktrin-doktrin
normatif agama yang amat ideal (dalam hal ini Islam), Indonesia -sebagai negara
dengan populasi muslim paling besar di dunia - tidak sepantasnya menduduki
peringkat negara terkorup. Permasalahannya, mengapa hal itu bisa terjadi?
BAB II
RUMUSAN MASALAH
Permasalahan
mengenai Pemberantasan Korupsi Dengan Nilai-nilai Islam ini selanjutnya
disajikan dengan sistematika pembahasan sebagai berikut :
a)Arti korupsi dalam perspektif islam
b)Penyebab timbulnya praktek korupsi
c)Efek-efek dari praktek korupsi
d)Peran agamawan terhadap praktek korupsi
e)Pemberantasan korupsi dengan pendekatan
islam
BAB III
PEMBAHASAN
Arti Korupsi dalam Perspektif Islam
Kalau
ditelusuri, kata korupsi yang berasal dari kata corruptio (Latin) sebenarnya sudah disepakati sejak zaman para
filsuf Yunani kuno. Aristoteles misalnya, memakai kata itu dalam judul bukunya De Generation et Corruptione. Dalam
pemahaman Aristoteles, kata korupsi – yang ditempatkan dalam konteks filsafat
alamnya- lebih berarti perubahan, meski punya warna ”penurunan”. Dalam arti ini secara semantis kata
korupsi masih jauh dari kata kekuasaan, apalagi uang.[1]
Namun dalam
pemahaman umum, korupsi diartikan sebagai penyalagunaan jabatan atau kekuasaan
publik untuk keuntungan privat. Makna ini, jika dibandingkan dengan makna awal korupsi di masa Yunani kuno
tadi seperti telah dicermati, mengalami reduksi atau penyempitan makna yang
cukup besar. Karena ini lebih berkaitan dengan perkembangan makna, reduksi ini
tidak bisa diartikan sebagai korupsi, apalagi dalam arti yuridis yang banyak
dipahami. Hanya saja tidak
setiap reduksi makna bersifat netral secara moral. Jika reduksi itu memang di
sengaja untuk kepentingan pribadi, reduksi menjadi korupsi. Dalam hal ini,
reduksi bisa tampak sebagai distorsi. Ada kesengajaan. Ada perkara nilai di
dalamnya. Dan ada pula keuntungan yang mau di gapai. Biasanya distorsi makna di
buat untuk menyembunyikan sebuah tindakan koruptif.[2]
Korupsi
berkaitan dengan penyalagunaan kekuasaan yang memberikan muatan moral pada
korupsi. Di banding kata corruptio dalam
pemahaman Aristoteles, muatan moral kata korupsi dewasa ini sangatlah kental.
Pendeknya, korupsi bukan lagi bermakna netral, melainkan sudah menjadi perkara moral.
Muatan moral itu menjadi jelas ketika unsur kesengajaan dalam penyalagunaan
kekuasaan itu ditonjolkan. Karena itu pula, unsur agency lalu masuk dalam perhitunngan. Dalam pemahaman baru, hanya
manusia yang notabene punya kekuasaan dan kebebasan, yang bisa melakukan
korupsi.
Adapun dalam
kontek ajaran Islam yang lebih luas, korupsi merupakan tindakan yang
bertentangan dengan prinsip keadilan (al-adalah), akuntabilitas (al-amanah),
dan tanggung jawab. Korupsi dengan segala dampak negatifnya yang menimbulkan
berbagai kerusakan terhadap kehidupan negara dan masyarakat dapat dikategorikan
dalam perbuatan fasad, kerusakan di muka bumi, yang amat dikutuk Allah
SWT[3].
Korupsi itu
merusak, dan alasannya sederhana saja, yakni, karena keputusan-keputusan
penting diambil berdasarkan pertimbangan-pertimbangan pribadi, tanpa
memperhitungkan akibat-akibatnya bagi publik[4].
Muhammad Ali
Al-Shabuni, dalam kitabnya, Rawai’u al-Bayan (jilid I hal. 546) menyatakan
bahwa yang dimaksud dengan al-fasad, yaitu segala perbuatan yang
menyebabkan kehancurkan kemaslahatan dan kemanfaatan hidup, seperti membuat
teror yang menyebabkan orang takut, membunuh, melukai, dan mengambil atau
merampas harta orang lain. Oleh karena itu, berdasarkan pendapat tersebut,
korupsi sama buruk dan jahatnya dengan terorisme.
Penyebab Timbulnya Praktek Korupsi
Apabila
dilihat dari segi si pelaku korupsi, sebab-sebab dia melakukan korupsi dapat
berupa dorongan dari dalam dirinya, yang dapat pula dikatakan sebagai
keinginan, niat, atau kesadarannya untuk melakukan tindakan korupsi.[5]
Praktek
korupsi terjadi karena individu tidak mempunyai nilai-nilai moral yang dapat
mencegah korupsi yang akan dilakukannya. Hal situasional seperti adanya peluang
korupsi tidak akan mendukung terjadinya korupsi apabila individu memiliki
nilai-nilai moral yang terintegrasi menjadi kepribadiaan yang kokoh.
Metode untuk
mengintegrasikan moral pada tiap individu dapat dilakukan dengan tiga
pendekatan[6],
yaitu :
Pertama,
Pendekatan rasionalistik,
yakni menanamkan moral dengan konsep-konsep yang bersifat rasional, misalnya
dengan menanamkan pola fikir bahwa korupsi merupakan perbuatan yang merusak dan
menghancurkan diri, lingkungan dan negara. Dengan pendekatan ini akan tertanam
pada individu bahwa korupsi merupakan perbuatan yang harus dihindarkan dalam
dirinya.
Kedua, pendekatanspiritualistik, yakni menanamkan
moral dengan konsep-konsep yang bersifat spiritual yaitu dengan menanamkan rasa
takut kepada tuhan dan azab-Nya. Dengan pendekatan ini akan diperoleh individu
yang takut kepada Tuhan dan azab-Nya, sehingga dirinya dapat menghindari untuk
melakukan praktek korupsi.
Ketiga,
Pendekatan kombinasi antara rasionalistik dan spiritualistik, yaitu dengan menggabungkan pendekatan
pertama dan kedua secara bersamaan, yakni di samping menggunakan cara-cara yang
rasionalistik, juga menggunakan metode-metode spiritualistik.
Untuk
pendekatan pertama yakni pendekatan rasionalistik tidaklah cocok untuk
diterapkan sebagian individu di Indonesia. Argumen ini adanya bukti dengan
maraknya praktek korupsi yang dilakukan oleh kalangan akademisi dan cendekiawan
yang banyak di antara mereka berpendidikan pasca sarjana. Padahal,
kalangan-kalangan tersebut merupakan orang-orang yang mempunyai pola fikir yang
rasional.
Adapun
maraknya praktik korupsi pada kalangan tersebut ada dua kemungkinan, yakni:
a)Gagalnya sistem pendidikan nasional.
Pendidikan nasional belum mampu membentuk individu-individu yang rasional yang
mampu mencega praktek korupsi dalam dirinya.
b)Karakter masyarakat Indonesia yang tidak
rasionalistik, sehingga walaupun ditanamkan pola fikir yang rasional tetap saja
mereka melakukan praktek korupsi.
Efek-efek dari Praktek Korupsi
Orang yang
bijaksana adalah mereka yang ketika melihat banyak terjadi kasus korupsi,
mereka tidak berdiam diri tanpa berusaha untuk mencari solusi agar kasus-kasus
korupsi tidak terulang kembali. Paling tidak, memberikan konsep bagi
individu-individu di negeri ini agar bisa dijadikan sebagai metode untuk
mengintegrasikan moral dalam dirinya, sehingga tidak terjerumus untuk melakukan
praktek korupsi.
Adapun
efek-efek yang ditimbulkan dari praktek korupsi[7]
adalah
ÄBagi dirinya sendiri berupa nilai negatif
di mata publik, jatuhnya harga diri (muru’ah),
merusak karier, dan hukuman penjara baginya.
ÄEfek bagi publik secara luas yakni berupa
terganggunya kepentingan orang banyak.
ÄEfek bagi negara berupa kerugian material
yang tak terhitung jumlahnya, menurunkan kepercayaan para investor sehingga
menghambat investasi dan menguras energi dan dana negara untuk memberantasnya
yang seharusnya energi dan dana itu bisa difokuskan untuk menyelesaikan masalah
lain yang semakin rumit.
Peran Agamawan Terhadap Praktek Korupsi
Dalam upaya
pemberantasan korupsi, keterlibatan semua pihak adalah salah satu prasyarat
yang tidak bisa dihindarkan. Pemberantasan korupsi tidak akan berhasil
tanpa dukungan banyak kalangan. Salah satu komponen yang memiliki peran
strategis dalam membangun gerakan sosial anti korupsi adalah tokoh-tokoh agama
yang dalam kehidupan masyarakat memegang peran cukup sentral. Keterlibatan
agamawan dalam upaya pemberantasan korupsi akan memberikan motivasi dan
dorongan yang kuat bagi masyarakat untuk ikut serta dalam upaya pemberantasan
korupsi.
Dalam
menggalakkan upaya
pemberantasan korupsi di tanah air, Islam sebagai agama dapat berperan dalam
beragam bentuk sebagaimana berikut ini[8] :
ØPertama,
nilai-nilai moralitas yang diajarkan Islam diharapkan dapat memberikan jawaban
terhadap kian menyebarnya praktek korupsi. Untuk itu, diperlukan radikalisasi interpretasi terhapap nilai-nilai
moralitas yang diajarkan Islam. Di sini diharapkan agar persoalan korupsi
mendapatkan perhatian yang memadai dalam kajian-kajian atau interpretasi nilai-nilai
moralitas Islam.
ØKedua, agar nilai-nilai moralitas Islam
tersebut dapat berfungsi sebagai modal untuk membangun etika sosial baru yang
memberdayakan rakyat kecil dan memandang korupsi sebagai kejahatan yang harus
dilawan bersama. Etika sosial baru ini dapat mendorong masyarakat untuk
senantiasa menjauhkan diri dari praktek korupsi, melahirkan semangat mendorong
upaya pemberantasan korupsi dengan mencegah, mengawasi, melaporkan dan jika
mungkin memperbaiki sejumlah mekanisme sanksi sosial yang hidup di masyarakat
yang diberlakukan kepada setiap orang atau kelompok yang melakukan korupsi.
Dalam konteks tersebut, nilai-nilai moralitas ini pun diharapkan dapat
diturunkan dalam kerangka aturan-aturan hukum Islam (fiqih) mengenai korupsi.
ØSelanjutnya, untuk memperoleh
pengejawantahan yang memadai, peran ketiga yang dapat dilakukan adalah agar
nilai-nilai moralitas Islam dapat diajukan sebagai salah satu sumber bagi
penyusunan aturan-aturan hukum maupun suplemen kebijakan yang berpengaruh bagi
kemaslahatan umat, dengan orientasi pemberdayaan masyarakat kecil dan penekanan
terhadap praktek korupsi. Tidak ada yang membantah bahwa korupsi merupakan
tindakan yang bathil.
Pemberantasan Korupsi dengan Pendekatan Islam
Berbicara tentang agama, setidaknya ada dua hal yang patut diperhatikan,
yaitu: pertama adalah mengenai nilai-nilai moralitas yang terkandung
dalam ajaran-ajaran yang disampaikan agama. Kedua, mengenai institusi
sosial keagamaan sebagai penyokong berjalannya kehidupan beragama.
Dalam
konteks perlawanan terhadap tindakan korupsi yang makin akut di Indonesia,
peranan institusi sosial keagamaan menjadi sangat penting sebagai pendorong.
Dari segi ini, institusi sosial keagamaan mestinya dapat dipertimbangkan
sebagai salah satu garda depan dalam upaya pemberantasan korupsi, bergandengan
tangan dengan gerakan anti korupsi dari kalangan masyarakat lainnya.
Oleh karena
itu, perlu adanya kerja sama strategis sesuai dengan perannya masing-masing
dalam upaya pemberantasan korupsi. Dari sini, institusi sosial kegamaan
dengan agamawan perlu mendapatkan penekanan mengingat posisi strategisnya di
dalam kehidupan masyarakat.
Beberapalangkah
konkrit mendesak di ambil terutama ketika kita sepakat korupsi adalah musuh
bersama bagi bangsa ini dan kejahatan luar biasa yang tidak terampuni[9].
Pertama, jaringan sinergi social
seperti di prakarsai NU-Muhammadiah untuk memerangi korupsi harus dikembangkan
secara lebih massif di tingkat nonstructural. Langkah semacam ini menjadi exemplary action yang patut di contoh
lembaga-lembaga social masyarakat yang lain.
Kedua, langka pertama itu harus
dikerangkai sistem teologi baru yang lebih akseologis, yakni jihad melawan
korupsi di seluruh jenjang dan lini kehidupan sekali lagi, ini dimaksudkan
memberi basis normatif yang jelas dan terarah.
Ketiga, langkah di seminasi doktrin
jihad melawan korupsi harus di korparasikan dengan pranata stategis kelembagaan
agar bisa diakses seluruh lapisan masyarakat, terutama generasi muda, sebab
pendidikan adalh langkah efektif membangun peradaban.
Keempat, membangun personifikasi atau
pencintraan kesyahidan baru yang relevan dengan tuntutan pemberantasan korupsi.
Kalau perlu, seluruh elemen masyarakat mendesak agar Negara mengangkat para
mujahid yang mati dalam pemberantasan korupsi sebagai pahlawan Nasional di satu
sisi, dan tak segan-segan merupakan capital
punishment bagi para koruptor kakap di sisi lain.
Sebagai
kejahatan luar biasa, pemberantasan korupsi hanya bisa berhasil melalui
cara-cara yang luar biasa pula. Sebab masyarakat mulai meragukan cara-cara
structural yang justru terkesan kian menumbuhsuburkan praktek korupsi.
BAB IV
KESIMPULAN
Urgensi
perang suci melawan korupsi salah satunya di dorong merebaknya berbagai anomali
menyangkut pembacaan atas doktrin agama yang secara langsung atau tidak menjadi
”landasan pacu” bagi merebaknya perbuatan korupsi. Agama apapun pasti melarang
perbuatan korupsi. Dan pelaku
korupsi pun tahu pasti agama apapun melarang dan mengutuk tindakan itu. Mungkin dengan pendekatan agama bisa
dipakai untuk pencegahan yang bersifat kultural. Paradoks itu menunjukkan bahwa
ibadah ritual yang tidak bermutu tidak berdampak positif bagi para prilaku.
Singkatnya,
dalam upaya memberantas korupsi, peranan agamawan (ulama, kyai, ustadz, da’i)
dengan institusi sosial keagamaannya sangatlah strategis. Agamawan yang
memiliki kedekatan dengan masyarakat tentu sangat efektif dalam
menyosialisasikan pesan-pesan agama anti korupsi. Apalagi, pada kenyataannya,
dalam struktur sosial-politik Indonesia, agamawan mempunyai legitimasi dan
pengaruh yang luas, yang jauh melampaui sekadar fungsi-fungsi spiritual.
Sehingga pada sisi ini, gerakan sosial anti korupsi yang terpusat di kalangan
tokoh agama harus dimaknai sebagai sebuah gerakan moral, yang diharapkan
memiliki implikasi politik
Pemberantasan
korupsi atau dan lainnya, yang tidak didasarkan pada prinsip-prinsip luhur, itu
hanya akan melahirkan kekerasan atau anarkisme serta diyakini tidak akan pernah
mematikan akar-akar kejahatan tersebut.
BAB V
PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami buat. Dengan makalah ini
semoga dapat memberikan manfaat lebih banyak bagi kita semua, dan semoga
kalangan luas tergugah termasuk para agamawan untuk memikirkan jalan terbaik
untuk memberantas korupsi di Indonesia. Oleh sebab itu harus diusahakan agar hari
esok lebih baik daripada hari kemarin. Dan kami menyadari makalah ini masih
kurang sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdur Rafi’, Abu Fida’, 2004, Terapi Penyakit Korupsi, Jakarta :
Penerbit Republika, cet 1.
Binawan, Al Andang L. 2006, Korupsi Kemanusiaan, Jakarta :
Penerbit Buku Kompas, Cet 1.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, 1995, Strategi Pemberantasan Korupsi
Nasional, Jakarta : Pusat Pendidikan dan Latihan, cet 1.
Pope, Jeremy, 2003, Strategi Memberantas Korupsi, Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia, edisi 1.
Pustaka Nasional; Katalog Dalam
Terbitan (KDT), 2005 Jihad Melawan
Korupsi,Jakarta : Buku Kompas, cet 1.