Kamis, 15 Agustus 2013

SENYUMAN YANG KOSONG


Di balik sebuah tirai bayangan
Engkau menjelma
Mengusik kepenatan diri

Tanpa bergeming
Kau melukiskan sebuah bingkisan senyum
Mendekatiku tanpa ragu
Aku hanya diam
Bak patung yang tak bernyawa

Ingin rasanya aku meraih bingkisan itu
Tapi hanya kekosongan yang ku dapat
Senyummu hanyalah setitik bayangan semu
Hambar……
Dan senyum itu pun hilang
Tanpa jejak

Senin, 05 Agustus 2013

DALAM DIAM ADA CINTA

Persahabatan yang timbul dari masa anak-anak hingga dewasa, yang terjalin antara Dara, Ricky, dan Nida, semakin hari semakin terasa hangat. Kebersamaan selalu mengiringi langkah mereka.

“Ra. Jalan yuk…..” Ajak Ricky, yang dengan tiba-tiba nongol dari belakangnya.
“Mau jalan kemana  sih….????”
“Ya seperti biasa. Kemana aja, yang penting bisa bikin kita happy.”
“Emang lu ga ada kuliah lagi…???”
Ada sih…!!!!! Tapi entar sore. Gampang lah kalo soal kuliah..” Jawab Ricky enteng, “Gimana nih Ra, mau ga lu??”
“Ayo. Asal pergi ma lu, isi dompet gue ga bakal keluar kan…!!!!”
“Soal itu, bereeeeeeesssss…. Ngomong-ngomong, Nida mana nih???” Tanya Ricky kebingungan, dengan mata yang terus melirik ke seantreo sudut kampus, mencari sosok Nida di sela-selanya.
“Ada. Biasalah, paling juga lagi merenungi nasibnya di pojok taman belakang.”
“Sotoy lu Ra….”
“Apaan tu………?????”
“S-O-K T-A-U  lu…”
“Ye…. Emang bener kok.”
Tak lama kemudian, Ricky dan Dara menemukan Nida, duduk sendirian dengan ditemani buku dan pen birunya. Dengan iringan senyum, ia menggoreskan pena, mencoba menguraikan kata-kata yang mewakilkan perasaan-perasaannya.
Itulah satu hal yang selalu dilakukannya. Buku biru itu tak pernah lepas dari jari-jari lentiknya. Menemaninya setiap saat. Siapapun tak boleh membukannya, termasuk Ricky dan Dara. Meskipun keduannya adalah sahabat-sahabat terdekatnya.
“Da… !!!!!” Hentak Ricky dari sampingnya.
“Eh.., gila lu berdua.  Kaget tau…….”
“Duh.. Jangan sewot donk, sory deh…habis lu serius banget sih ma tu buku, ampe ga tau kalo kita dateng.”
Biasa Ky…. Yang lagi obsesi jadi penulis terkenal.” Sela Dara.
“Penulis apaan nih?????”. Tanya Ricky nyindir.
“Penulis di majalah anak-anak, BOBO….”
“Udah,,,, puas kalian. Sebel tau, denger ocehan kalian yang ga penting.” Ujar Nida sewot.
“Iya deh…. Maafin kita ya sayank…. Oya, jadi lupa. Mau ikut jalan-jalan ga???”
“Kemana Ra???”
“Kemana aja, seperti biasa.”
“Boleh, yuk…”

* * *
“Da… ” Dengan nafas yang tersenggal-senggal, Ricky menghampiri Nida yang duduk sendirian di teras rumahnya.
“Aduh, Ricky.. sahabatku yang paling cuakep. Nyantai aja kale.. gue juga ga bakalan kabur kok. Lagian lu kenapa sih, kok buru-buru banget kayak gini???”
“Gue……… gue……” Ucapnya tersendat-sendat.
“Aduh. Bentar ya, gue ambilin minum dulu.”
Nida pun membawakan segelas air putih untuknya. “Kalo lu udah siap ngomong, dan udah tenang,  baru boleh ngomong.”
Setelah narik nafas panjang, Ricky mulai bicara. “Da. Sebelumnya, gue minta maaf banget ma lu. Gue udah nyera Da. Gue uda ga bisa lagi mendem perasaan ini. Semakin gue ingin menepisnya, perasaan ini makin tumbuh dan berkembang.”
“Ky. Akhirnya perasaan yang selama ini gue  pendem, terbalas oleh pengakuan lu sendiri. Uda lama banget gue nunggu momen ini. Rasanya seperti mimpi. Terima kasih Tuhan……… ” Gumam Nida.
“Maksud lu apa  sih….. gue ga ngerti.” Ucap Nida dengan wajah ceria.
“Sekali lagi, maaf kalo pengakuan gue entar dapat menodai persahabatan kita. Tapi gue harus katakan ini. Dan gue percaya, hanya lu yang bisa bantu gue…”
“gue….”
“Iya, Da. Hanya lu yang bisa bantu gue. Lu adalah sahabat yang paling ngerti gue. Kasih gue masukan, agar gue ga terombang-ambing perasaan kayak gini.  Da, gue lagi  jatuh cinta. Beberapa kali gue uda mencoba untuk menepisnya, tapi ini malah bikin parah. Keadaan yang telah buat gue jadi seperti ini. Setiap hari dia selalu di samping gue. Dia, orangnya baik, cantik, perhatian dan apa adanya. Pokoknya Da, sulit banget gue jelasin ini semua.”
“Ky. Gue boleh tau ga, siapa cewek tu????”. Dengan jantung yang berdebar-debar tak karuan dan sorot mata yang menerawang, Nida menanti jawaban Ricky. Berharharap namanyalah yang akan keluar dari bibirnya.
“Lu tau kok siapa dia. Dia deket sekali ama kita.” Ricky pun terdiam sejenak, “Dia………… adalah……. Dara.”
Hati pun terasa hancur sudah, hancur berkeping-keping. Seakan bibir terasa keluh untuk berucap, menahan air mata yang bersembunyi di kelopak matanya. Menyembunyikan kekecewaan yang sangat dalam. Dan itu tterlihat jelas dari paras  wajahnya yang berubah menjadi pucat pasih. Terasa sulit sekali menerima kenyataan yang telah nyata di depan mata.
“Da. Lu ga papa kan……” Dengan mengibaskan tangannya di depan wajah Nida,  suara Ricky pun membuyarkan lamunannya.
“Ga papa.”
“Lu baik-baik aja kan. Tapi, Ya Ampun, lu sampe nangis Da.”
“Gue baik-baik aja kok. Ya iyalah gue sampe nangis. Kurang peka banget sih lu. Ini berarti, gue juga ikut seneng kalo lihat lu yang lagi seneng. Lihat aja muka lu, yang saking senengnya, lu itu seperti anak kecil yang baru nerima mainan baru tau….”
“Bisa aja sih lu Da. Makasih ya, lu udah jadi orang pertama yang dengerin isi hati gue.”
“Orang pertama. Jadi, Dara belom tau???”
“Ya belom lah. Makanya gue minta bantuan lu. Tapi, kenapa ya Da, akhir-akhir ini Dara seperti jaga jarak ama kita. Sulit banget untuk ditemui. Gue ngerasa, kalo dia tu menghindar dari kita.”
“Ga mungkin lah Dara kayak gitu. Kita kan udah kenal Dara sejak kecil. Mungkin aja kan, dia lagi ada keperluan yang sangat penting. Dan kita juga tau kalo Dara itu sangat dan sangat menomorsatukan keluarganya, lebih dari apapun.”
“Bener juga sih. Makasih ya…….. lu emang sahabat gue yang paling TOP BGT.”
“Dari dulu kaleeeee…..”. Tawa pu menyelimuti kemesraan pada persahabatan ini. Meski terasa begitu berat, namun Nida mencoba untuk bersikap biasa saja.

* * *
Dari jauh, Nida memperhatikan Ricky. Dengan kebingungan sahabatnya itu mendekatinya.
“Lu kenapa lagi sih Ky. Kemaren, lu dateng ke gue dengan wajah yang berbinar-binar, tapi sekarang lu dateng ke gue dengan wajah kusut banget.”
“Da, gue lagi bingung banget. Gue yakin kalo Dara emang sengaja menghindari kita. Gue udah berkali-kali telfon ke hp-nya, tapi gak pernah diangkat. Gue kerumahnya, tapi bokap nyokapnya bilang kalo dia gak ada di rumah.”
“Untung kalian ada disini. Nih, ada titipan surat buat kalian.” Sela Toni, teman sekelas Nida, yang tiba-tiba datang dan memberikan sepucuk surat yang bersampul putih.
“Dari siapa Ton????” Tanya Ricky.
“Dari Dara.”
Secepat mungkin Ricky menarik surat itu. Dengan wajah yang penuh dengan ketidaksabaran , dia membuka dan membacanya.

 Untuk Ricky dan Nida, sahabat-sahabatku tercinta
Terima kasih, kalian telah menjadi sahabat-sahabat gue yang selalu ada buat gue.
Terima kasih, karena kalian telah membuat hari-hari gue indah.
Maaf, atas semua kesalahan gue.
Maaf, jika sikap gue akhir-akhir ini membuat kalian susah.
Kalian tahu kan, kelemahan gue adalah orang tua gue. Jika mereka seneng, gue ikut seneng, dan sebaliknya. Oleh karena itu, gue ngabulin permintaan mereka supaya gue mau dijodohin sama anak dari sahabat bokap gue. Dan gue bakal pindak kuliah. Kita masih sahabatan kok. Selamanya akan masih terikat oleh yang namanya persahabatan. Tapi maaf, jika gue ga bisa memberikan kesetiaan gue sepenuhnya untuk ikatan ini.
Ky. Gue tahu kok, kalo lu lagi jatuh cinta,  terus berjuang demi cinta lu ya…
Dan lu Da. Terus berjuang ya…. Jangan pantang menyerah loo.. jangan hiraukan ocehan gue ma Ricky yang ga penting. Gue tunggu karya lu yaaa….
I L U
Dara

Dengan hati terenyuh, Nida harus membiarkan ini semua terjadi. Melihat dan menatap langsung orang yang paling dicintainya meneteskan air mata. Dengan segenap kemampuannya, Nida bangkit dari tempat duduknya, mendekati Ricky dan mencoba meringankan kegundahan hatinya.
“Ky. Gue tahu gimana perasaan lu. Gue juga tahu gimana rasanya melihat ornag yang kita saying, tternyata lebih memilih orang lain. Tapi ini bukanlah akhir dari segalanya. Ricky yang gue kenal, orangnya kuat. Ga lemah kaya’ gini. Ky, perlu lu tau, cinta ga bisa dipaksa, dan cinta ga harus memiliki. Kalo kita udah melihat orang yang kita saying bahagia mesti dengan orang lain, itu sudah lebih dari cukup untuk membuktikan rasa sayang kita pada dia.”
Dengan air mata yang sedari tadi menemaninya, Nida mengurai kata. Namun ia sudah tak sanggup lagi untuk menahan gemuruh hatinya. Untungnya, Ricky hanya pengen sendiri, dan menyuruh Nida untuk meninggalkannya.

* * *
“Ky. Nida mana?  Tumben dia ga masuk kuliah beberapa hari ini.” Seloroh Toni, ketika dengan tidak sengaja bertemu Ricky di gerbang kampus.
“Nida ga masuk kuliah?? !!!” Jawab Ricky kaget.
“gimana sih lu… lu kan sahabat deketnya.” Tanggap Toni sewot sambil berlalu pergi.
Niat pulang pun diurungkan Ricky, dan ia memutuskan untuk kembali ke kampus. Terasa begitu sulit menerima kenyataan kalau sosok Nida, meninggalkan kuliah beberapa hari tanpa keterangan yang jelas. Ia pun terus melangkahkan kakinya menuju ke taman belakang kampus. Suatu hal yang tak pernah luput Nida lakkukan. Tiap gadis cantik itu butuh ketenangan, ia duduk disana ditemani buku birunya. Dan dengan tak sengaja, Ricky menemukan buku itu tergeletak di bawah kursi panjang.
Ia pun membuka buku itu. Matanya melotot sejenak. Tak pernah ia sangkah dan duga sebelumnya, Nida telah menulis beberapa tulisan tentangnya.

Buat nama yang tak pernah hilang
Ricky
Gue sayank banget ma loe…..

Tuhan……..
Aku hanyalah manusia lemah tak berdaya. Tersudut oleh ketidakberdayaan yang terus setia memenjarakanku. Dan aku tak kan bisa berbuat apa-apa, kecuali atas izin-Mu.
Tuhan………
Terima kasih, Engkau telah semaikan benih cinta yang begitu indah ku rasa. Tumbuh di gersangnya kerinduanku atas dasar cinta. Aku begitu mengagumi sosoknya, yang dapat memberikan kesejukan saat ku mulai rapuh, yang dapat meneteskan embun kedamaian saat ku mulai putus asa.

Buat nama yang tak pernah hilang
Ky. Dalam diam aku mencintaimu. Dan sampai kapanpun perasaan ini tak kan muncul atau terdengar olehmu. Aku cukup tahu siapa aku. Aku hanyalah ilalang yang tumbuh di padang gersang. Mengharapkan air yang tak kan pernah datang.
Aku turut bahagia jika melihatmu bahagia. Aku percaya, cinta gak bisa dipaksa. Ia akan tumbuh dengan sendirinya. Semoga kau bahagia dengan cintamu. Cinta yang begitu kau harapkan bersemi dan berkembang indah di kalbumu.
Jangan pernah tanyakan jika namamu akan selalu tergores di hatiku.

Tanpa pikir panjang. Ricky melajukan mobilnya ke rumah Nida. Sayang, ia tak menemukannya disana. Ia pun mulai menggurutu. Menyesali nasib yang membuatnya dilema akan ketidakberdayaannya karena cinta. Mengapa ia begitu gampang kehilangan sahabat dan cinta. Penyesalan pun mulai mengiringi langkahnya. Dan alangkah senangnya, saat setetes kesejukan mulai ia dapatkan. Ia melihat pembokatnya Nida keluar rumah. Dan ia pun menanyakan keberadaan Nida sekarang. Namun, tubuhnya terasa lemas saat mendengar pengakuan wanita paruh baya itu.
“Anu Den…… Non Nida lagi sakit. Sekarang lagi di rawat di Rumah Sakit.”
Dengan hati yang bagai di sayat sembilu, ia menuju Rumah Sakit sesuai dengan alamat yang wanita itu berikan.
Hati Ricky terasa hancur, saat melihat Nida terbaring lemah tak berdaya. Dengan senyum manisnya, ia menyambut kedatangan Ricky. Meski terasa begitu memaksa, ia mulai bicara, “Gimana keadaan lu? Lu ga nekat bunuh diri kan…. Karena patah hati.” Ucapnya parau.
“Gue baik-baik aja kok. Lu kenapa Da? Ga perna cerita soal ini. Maaf Da, gue emang bodoh. Mementingkan kepentingan sendiri, tanpa tau dan ga pernah tau kalo lu lagi sakit.” Balas Ricky lirih. Dengan menundukkan kepalanya dalam-dalam ia menunjukkan penyesalannya.
“Gue baik-baik aja Ky.” Jawab Nida enteng.
“Ini apa Da? Dan, gue udah tau semua tentang perasaan lu dari buku ini.” Tanpa pikir panjang dan mata berkaca-kaca yang diselimuti kecemasan, Ricky menunjukkan buku Nida.
“Lu dapet itu dari mana??” Tanya Nida kebingungan.
“Itu ga penting. Kenapa lu ga pernah cerita itu ma gue?”
“Ky. Satu hal yang mesti lu tau, cinta itu ga bisa dipaksa. Dan gue juga tau, begitu dalam perasaan lu ma Dara. Lu sayang banget ma dia kan… Gue ga ingin ngerusak rasa indah yang telah tumbuh di hati lu itu Ky. Dan gue percaya akan takdir dan cinta. Kalo ternyata pertemuan kita kali ini yang terakhir, dan akhirnya cintaku telah hilang karena waktu, itulah takdir. Dan jika gue masih diberi kesempatan untuk sembuh, walaupun cinta yang kedatangannya tak pernah terbersit dalam benak gue sebelumnya ini, Cuma berani sembunyi di relung hati dan tak kan pernah terbalas, gue akan terima semuanya dengan ikhlas.” Aku Nida.
Dengan tenang ia meluangkan segenap perasaannya. Ricky hanya bisa terdiam. Menyaksikan keteguhan hati sang gadis yang tak pernah ia sangkah sebelumnya. Begitu besar jiwanya menerima kenyataan tanpa ada pengakuan atau penyesalan sedikitpun.
“Da. Maaf, selama ini gue cuma bisa bikin lu kecewa. Gue akan berusaha bikin lu nyaman di dekat gue. Bukan hanya sebagai teman ataupun pacar, tapi sebagai apa saja yang lu butuhkan.”

Minggu, 19 Mei 2013

PEMBERANTASAN KORUPSI DENGAN NILAI-NILAI ISLAM



BAB I
PENDAHULUAN

Kasus korupsi di tanah air benar-benar mewabah. Selain telah merasuki infrastruktur kenegaraan baik di tingkat pusat sampai daerah, korupsi pun telah menjangkiti institusi-institusi sosial dan seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat. Hubungan tinggi-rendahnya tingkat korupsi di sebuah negara dengan tingkat keberagamaan (religiusitas) negara terkadang sulit ditentukan.
Negara yang dikenal sangat religius seperti Indonesia, dalam beberapa survei justru meraih rekor yang sangat tinggi dalam urusan korupsi. Sebaliknya, sejumlah negara sekuler yang abai pada agama, justru berhasil menekan tingkat korupsi hingga pada tingkatan yang paling minim. Padahal, jika merujuk doktrin-doktrin normatif agama yang amat ideal (dalam hal ini Islam), Indonesia -sebagai negara dengan populasi muslim paling besar di dunia - tidak sepantasnya menduduki peringkat negara terkorup. Permasalahannya, mengapa hal itu bisa terjadi?

BAB II
RUMUSAN MASALAH

Permasalahan mengenai Pemberantasan Korupsi Dengan Nilai-nilai Islam ini selanjutnya disajikan dengan sistematika pembahasan sebagai berikut :
a)      Arti korupsi dalam perspektif islam
b)      Penyebab timbulnya praktek korupsi
c)      Efek-efek dari praktek korupsi
d)     Peran agamawan terhadap praktek korupsi
e)      Pemberantasan korupsi dengan pendekatan islam

 

BAB III
PEMBAHASAN

  1. Arti Korupsi dalam Perspektif Islam
Kalau ditelusuri, kata korupsi yang berasal dari kata corruptio (Latin) sebenarnya sudah disepakati sejak zaman para filsuf Yunani kuno. Aristoteles misalnya, memakai kata itu dalam judul bukunya De Generation et Corruptione. Dalam pemahaman Aristoteles, kata korupsi – yang ditempatkan dalam konteks filsafat alamnya- lebih berarti perubahan, meski punya warna ”penurunan”. Dalam arti ini secara semantis kata korupsi masih jauh dari kata kekuasaan, apalagi uang.[1]
Namun dalam pemahaman umum, korupsi diartikan sebagai penyalagunaan jabatan atau kekuasaan publik untuk keuntungan privat. Makna ini, jika dibandingkan dengan makna awal korupsi di masa Yunani kuno tadi seperti telah dicermati, mengalami reduksi atau penyempitan makna yang cukup besar. Karena ini lebih berkaitan dengan perkembangan makna, reduksi ini tidak bisa diartikan sebagai korupsi, apalagi dalam arti yuridis yang banyak dipahami. Hanya saja tidak setiap reduksi makna bersifat netral secara moral. Jika reduksi itu memang di sengaja untuk kepentingan pribadi, reduksi menjadi korupsi. Dalam hal ini, reduksi bisa tampak sebagai distorsi. Ada kesengajaan. Ada perkara nilai di dalamnya. Dan ada pula keuntungan yang mau di gapai. Biasanya distorsi makna di buat untuk menyembunyikan sebuah tindakan koruptif.[2]
Korupsi berkaitan dengan penyalagunaan kekuasaan yang memberikan muatan moral pada korupsi. Di banding kata corruptio dalam pemahaman Aristoteles, muatan moral kata korupsi dewasa ini sangatlah kental. Pendeknya, korupsi bukan lagi bermakna netral, melainkan sudah menjadi perkara moral. Muatan moral itu menjadi jelas ketika unsur kesengajaan dalam penyalagunaan kekuasaan itu ditonjolkan. Karena itu pula, unsur agency lalu masuk dalam perhitunngan. Dalam pemahaman baru, hanya manusia yang notabene punya kekuasaan dan kebebasan, yang bisa melakukan korupsi.
Adapun dalam kontek ajaran Islam yang lebih luas, korupsi merupakan tindakan yang bertentangan dengan prinsip keadilan (al-adalah), akuntabilitas (al-amanah), dan tanggung jawab. Korupsi dengan segala dampak negatifnya yang menimbulkan berbagai kerusakan terhadap kehidupan negara dan masyarakat dapat dikategorikan dalam perbuatan fasad, kerusakan di muka bumi, yang amat dikutuk Allah SWT[3].
Korupsi itu merusak, dan alasannya sederhana saja, yakni, karena keputusan-keputusan penting diambil berdasarkan pertimbangan-pertimbangan pribadi, tanpa memperhitungkan akibat-akibatnya bagi publik[4].
Muhammad Ali Al-Shabuni, dalam kitabnya, Rawai’u al-Bayan (jilid I hal. 546) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan al-fasad, yaitu segala perbuatan yang menyebabkan kehancurkan kemaslahatan dan kemanfaatan hidup, seperti membuat teror yang menyebabkan orang takut, membunuh, melukai, dan mengambil atau merampas harta orang lain. Oleh karena itu, berdasarkan pendapat tersebut, korupsi sama buruk dan jahatnya dengan terorisme.

  1. Penyebab Timbulnya Praktek Korupsi
Apabila dilihat dari segi si pelaku korupsi, sebab-sebab dia melakukan korupsi dapat berupa dorongan dari dalam dirinya, yang dapat pula dikatakan sebagai keinginan, niat, atau kesadarannya untuk melakukan tindakan korupsi.[5]
Praktek korupsi terjadi karena individu tidak mempunyai nilai-nilai moral yang dapat mencegah korupsi yang akan dilakukannya. Hal situasional seperti adanya peluang korupsi tidak akan mendukung terjadinya korupsi apabila individu memiliki nilai-nilai moral yang terintegrasi menjadi kepribadiaan yang kokoh.
Metode untuk mengintegrasikan moral pada tiap individu dapat dilakukan dengan tiga pendekatan[6], yaitu :
Pertama, Pendekatan rasionalistik, yakni menanamkan moral dengan konsep-konsep yang bersifat rasional, misalnya dengan menanamkan pola fikir bahwa korupsi merupakan perbuatan yang merusak dan menghancurkan diri, lingkungan dan negara. Dengan pendekatan ini akan tertanam pada individu bahwa korupsi merupakan perbuatan yang harus dihindarkan dalam dirinya.
Kedua, pendekatan spiritualistik, yakni menanamkan moral dengan konsep-konsep yang bersifat spiritual yaitu dengan menanamkan rasa takut kepada tuhan dan azab-Nya. Dengan pendekatan ini akan diperoleh individu yang takut kepada Tuhan dan azab-Nya, sehingga dirinya dapat menghindari untuk melakukan praktek korupsi.
Ketiga, Pendekatan kombinasi antara rasionalistik dan spiritualistik, yaitu dengan menggabungkan pendekatan pertama dan kedua secara bersamaan, yakni di samping menggunakan cara-cara yang rasionalistik, juga menggunakan metode-metode spiritualistik.
Untuk pendekatan pertama yakni pendekatan rasionalistik tidaklah cocok untuk diterapkan sebagian individu di Indonesia. Argumen ini adanya bukti dengan maraknya praktek korupsi yang dilakukan oleh kalangan akademisi dan cendekiawan yang banyak di antara mereka berpendidikan pasca sarjana. Padahal, kalangan-kalangan tersebut merupakan orang-orang yang mempunyai pola fikir yang rasional.
Adapun maraknya praktik korupsi pada kalangan tersebut ada dua kemungkinan, yakni:
a)Gagalnya sistem pendidikan nasional. Pendidikan nasional belum mampu membentuk individu-individu yang rasional yang mampu mencega praktek korupsi dalam dirinya.
b)      Karakter masyarakat Indonesia yang tidak rasionalistik, sehingga walaupun ditanamkan pola fikir yang rasional tetap saja mereka melakukan praktek korupsi.

  1. Efek-efek dari Praktek Korupsi
Orang yang bijaksana adalah mereka yang ketika melihat banyak terjadi kasus korupsi, mereka tidak berdiam diri tanpa berusaha untuk mencari solusi agar kasus-kasus korupsi tidak terulang kembali. Paling tidak, memberikan konsep bagi individu-individu di negeri ini agar bisa dijadikan sebagai metode untuk mengintegrasikan moral dalam dirinya, sehingga tidak terjerumus untuk melakukan praktek korupsi.
Adapun efek-efek yang ditimbulkan dari praktek korupsi[7] adalah
Ä  Bagi dirinya sendiri berupa nilai negatif di mata publik, jatuhnya harga diri (muru’ah), merusak karier, dan hukuman penjara baginya.
Ä  Efek bagi publik secara luas yakni berupa terganggunya kepentingan orang banyak.
Ä  Efek bagi negara berupa kerugian material yang tak terhitung jumlahnya, menurunkan kepercayaan para investor sehingga menghambat investasi dan menguras energi dan dana negara untuk memberantasnya yang seharusnya energi dan dana itu bisa difokuskan untuk menyelesaikan masalah lain yang semakin rumit.

  1. Peran Agamawan Terhadap Praktek Korupsi
Dalam upaya pemberantasan korupsi, keterlibatan semua pihak adalah salah satu prasyarat yang tidak bisa dihindarkan. Pemberantasan korupsi tidak akan berhasil tanpa dukungan banyak kalangan. Salah satu komponen yang memiliki peran strategis dalam membangun gerakan sosial anti korupsi adalah tokoh-tokoh agama yang dalam kehidupan masyarakat memegang peran cukup sentral. Keterlibatan agamawan dalam upaya pemberantasan korupsi akan memberikan motivasi dan dorongan yang kuat bagi masyarakat untuk ikut serta dalam upaya pemberantasan korupsi.
Dalam menggalakkan upaya pemberantasan korupsi di tanah air, Islam sebagai agama dapat berperan dalam beragam bentuk sebagaimana berikut ini[8] :
Ø  Pertama, nilai-nilai moralitas yang diajarkan Islam diharapkan dapat memberikan jawaban terhadap kian menyebarnya praktek korupsi. Untuk itu, diperlukan radikalisasi interpretasi terhapap nilai-nilai moralitas yang diajarkan Islam. Di sini diharapkan agar persoalan korupsi mendapatkan perhatian yang memadai dalam kajian-kajian atau interpretasi nilai-nilai moralitas Islam.
Ø  Kedua, agar nilai-nilai moralitas Islam tersebut dapat berfungsi sebagai modal untuk membangun etika sosial baru yang memberdayakan rakyat kecil dan memandang korupsi sebagai kejahatan yang harus dilawan bersama. Etika sosial baru ini dapat mendorong masyarakat untuk senantiasa menjauhkan diri dari praktek korupsi, melahirkan semangat mendorong upaya pemberantasan korupsi dengan mencegah, mengawasi, melaporkan dan jika mungkin memperbaiki sejumlah mekanisme sanksi sosial yang hidup di masyarakat yang diberlakukan kepada setiap orang atau kelompok yang melakukan korupsi. Dalam konteks tersebut, nilai-nilai moralitas ini pun diharapkan dapat diturunkan dalam kerangka aturan-aturan hukum Islam (fiqih) mengenai korupsi.
Ø  Selanjutnya, untuk memperoleh pengejawantahan yang memadai, peran ketiga yang dapat dilakukan adalah agar nilai-nilai moralitas Islam dapat diajukan sebagai salah satu sumber bagi penyusunan aturan-aturan hukum maupun suplemen kebijakan yang berpengaruh bagi kemaslahatan umat, dengan orientasi pemberdayaan masyarakat kecil dan penekanan terhadap praktek korupsi. Tidak ada yang membantah bahwa korupsi merupakan tindakan yang bathil.

  1. Pemberantasan Korupsi dengan Pendekatan Islam
Berbicara tentang agama, setidaknya ada dua hal yang patut diperhatikan, yaitu: pertama adalah mengenai nilai-nilai moralitas yang terkandung dalam ajaran-ajaran yang disampaikan agama. Kedua, mengenai institusi sosial keagamaan sebagai penyokong berjalannya kehidupan beragama.
Dalam konteks perlawanan terhadap tindakan korupsi yang makin akut di Indonesia, peranan institusi sosial keagamaan menjadi sangat penting sebagai pendorong. Dari segi ini, institusi sosial keagamaan mestinya dapat dipertimbangkan sebagai salah satu garda depan dalam upaya pemberantasan korupsi, bergandengan tangan dengan gerakan anti korupsi dari kalangan masyarakat lainnya.
Oleh karena itu, perlu adanya kerja sama strategis sesuai dengan perannya masing-masing dalam upaya pemberantasan korupsi. Dari sini, institusi sosial kegamaan dengan agamawan perlu mendapatkan penekanan mengingat posisi strategisnya di dalam kehidupan masyarakat.
Beberapa langkah konkrit mendesak di ambil terutama ketika kita sepakat korupsi adalah musuh bersama bagi bangsa ini dan kejahatan luar biasa yang tidak terampuni[9].
Pertama, jaringan sinergi social seperti di prakarsai NU-Muhammadiah untuk memerangi korupsi harus dikembangkan secara lebih massif di tingkat nonstructural. Langkah semacam ini menjadi exemplary action yang patut di contoh lembaga-lembaga social masyarakat yang lain.
Kedua, langka pertama itu harus dikerangkai sistem teologi baru yang lebih akseologis, yakni jihad melawan korupsi di seluruh jenjang dan lini kehidupan sekali lagi, ini dimaksudkan memberi basis normatif yang jelas dan terarah.
Ketiga, langkah di seminasi doktrin jihad melawan korupsi harus di korparasikan dengan pranata stategis kelembagaan agar bisa diakses seluruh lapisan masyarakat, terutama generasi muda, sebab pendidikan adalh langkah efektif membangun peradaban.
Keempat, membangun personifikasi atau pencintraan kesyahidan baru yang relevan dengan tuntutan pemberantasan korupsi. Kalau perlu, seluruh elemen masyarakat mendesak agar Negara mengangkat para mujahid yang mati dalam pemberantasan korupsi sebagai pahlawan Nasional di satu sisi, dan tak segan-segan merupakan capital punishment bagi para koruptor kakap di sisi lain.
Sebagai kejahatan luar biasa, pemberantasan korupsi hanya bisa berhasil melalui cara-cara yang luar biasa pula. Sebab masyarakat mulai meragukan cara-cara structural yang justru terkesan kian menumbuhsuburkan praktek korupsi.

 


BAB IV
KESIMPULAN

Urgensi perang suci melawan korupsi salah satunya di dorong merebaknya berbagai anomali menyangkut pembacaan atas doktrin agama yang secara langsung atau tidak menjadi ”landasan pacu” bagi merebaknya perbuatan korupsi. Agama apapun pasti melarang perbuatan korupsi. Dan pelaku korupsi pun tahu pasti agama apapun melarang dan mengutuk tindakan itu. Mungkin dengan pendekatan agama bisa dipakai untuk pencegahan yang bersifat kultural. Paradoks itu menunjukkan bahwa ibadah ritual yang tidak bermutu tidak berdampak positif bagi para prilaku. 
Singkatnya, dalam upaya memberantas korupsi, peranan agamawan (ulama, kyai, ustadz, da’i) dengan institusi sosial keagamaannya sangatlah strategis. Agamawan yang memiliki kedekatan dengan masyarakat tentu sangat efektif dalam menyosialisasikan pesan-pesan agama anti korupsi. Apalagi, pada kenyataannya, dalam struktur sosial-politik Indonesia, agamawan mempunyai legitimasi dan pengaruh yang luas, yang jauh melampaui sekadar fungsi-fungsi spiritual. Sehingga pada sisi ini, gerakan sosial anti korupsi yang terpusat di kalangan tokoh agama harus dimaknai sebagai sebuah gerakan moral, yang diharapkan memiliki implikasi politik
Pemberantasan korupsi atau dan lainnya, yang tidak didasarkan pada prinsip-prinsip luhur, itu hanya akan melahirkan kekerasan atau anarkisme serta diyakini tidak akan pernah mematikan akar-akar kejahatan tersebut.

BAB V
PENUTUP

Demikianlah makalah ini kami buat. Dengan makalah ini semoga dapat memberikan manfaat lebih banyak bagi kita semua, dan semoga kalangan luas tergugah termasuk para agamawan untuk memikirkan jalan terbaik untuk memberantas korupsi di Indonesia. Oleh sebab itu harus diusahakan agar hari esok lebih baik daripada hari kemarin. Dan kami menyadari makalah ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abdur Rafi’, Abu Fida’, 2004, Terapi Penyakit Korupsi, Jakarta : Penerbit Republika,       cet 1.

Binawan, Al Andang L. 2006, Korupsi Kemanusiaan, Jakarta : Penerbit Buku       Kompas, Cet 1.

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, 1995, Strategi Pemberantasan   Korupsi Nasional, Jakarta : Pusat Pendidikan dan Latihan, cet 1.

Pope, Jeremy, 2003, Strategi Memberantas Korupsi, Jakarta : Yayasan Obor           Indonesia, edisi 1.

Pustaka Nasional; Katalog Dalam Terbitan (KDT), 2005 Jihad Melawan Korupsi,   Jakarta : Buku Kompas, cet 1.

            http://www.lakpesdam.or.id/index.phad?id=68, di akses pada tanggal 21/03/2008

            http://www.lakpesdam.or.id/index.phad?id=68, di akses pada tanggal 21/03/2008




                [1] Al Andang L. Binawan, Korupsi Kemanusiaan, (Jakarta : Penerbit Buku Kompas), 2006, Cet 1, hal xii
                [2] Ibid, hal xiv.
                [3] http://www.lakpesdam.or.id/index.phad?id=68, di akses pada tanggal 21/03/2008
                [4] Jeremy Pope, Strategi Memberantas Korupsi, (Yayasan Obor Indonesia : Jakarta), edisi 1, 2003, hal 9
                [5] Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional, (Pusat Pendidikan dan Latihan : Jakarta), cet 1, 1995, hal 83
                [6] Abu Fida’ Abdur Rafi’, Terapi Penyakit Korupsi, (Jakarta : Penerbit Republika), 2004, cet 1, hal xxi-xxiii.
                [7] Abu Fida’ Abdur Rafi’, op cit, hal xxiv
                [8] http://www.lakpesdam.or.id/index.phad?id=68, di akses pada tanggal 21/03/2008
                [9] Pustaka Nasional; Katalog Dalam Terbitan (KDT), Jihad Melawan Korupsi, (Jakarta : Buku Kompas), 2005, cet 1, hal 105-106.